Tuesday, October 10, 2006

Berpikirlah Positif

Apa yang menyebabkan langkah kita terkadang mudah diserang virus keputusasaan dan kepasrahan? Apa yang terkadang membuat kita mudah bongkar-pasang rencana hanya karena mood sesaat? Sebab-sebabnya tentu banyak tetapi salah satunya adalah pikiran negatif. Sekuat apapun fisik kita atau sekuat apapun keinginan kita untuk mewujudkan tujuan, biasanya akan tidak banyak membantu apabila pikiran ini sudah penuh dengan kotoran negatif. Kita menjadi orang yang putus asa bukan karena kita tidak mampu bertahan, melainkan karena kita telah mengambil keputusan yang fatal.

Nah, dengan menciptakan pikiran positif atas hal-hal buruk yang menimpa kita setidak-tidaknya ini menjadi bekal buat untuk melakukan hal-hal positif secara terus menerus dalam arti tidak mengandalkan perubahan keadaan atau tidak mudah disakiti oleh pukulan keadaan. Seperti pesan Denis Waitley, “Bukan dirimu yang menjadi penghambat kemajuanmu tetapi muatan pikiran yang kamu bawa.”

Dari pesan itu mungkin ada satu hal yang perlu kita ingat bahwa pikiran negatif yang kita bawa atau yang kita biarkan itulah yang terkadang menjadi penghambat langkah kita atau mengganggu kelancaran langkah kita dalam menapaki tujuan yang sudah kita tetapkan. Karena itu paslah jika ada permisalan yang menggambarkan bahwa pikiran negatif itu akan memberikan kotoran di dada kita. Dada yang penuh dengan kotoran yang kita biarkan akan membuat punggung kita terbebani oleh muatan-muatan yang memberatkan lalu mengakibatkan langkah ini tidak selancar seperti yang kita inginkan.

Tulisan diatas dikutip dari sini. (dhitos)

Sunday, October 08, 2006

Jangan Marah tapi Sabarlah !

Dulu, saya permah memberi komentar pendek sebagai tambahan di blognya Mas Hartanto tentang tulisannya menyangkut tentang ‘sabar’ yang seharusnya ada sedikit penjelasannya. Dan saya mencoba “share” dengan menuliskannya lagi disini dengan sedikit tambahan yang mudah-mudahan ada manfaatnya untuk dijadikan sebuah renungan.

“Suatu ketika saya sangat ingin marah, dan saya mencoba sabar dengan mengendalikannya untuk tidak marah, kendatipun rasa "nggrudel" marah itu masih ada. apakah saya sudah merasa sabar? ternyata tidak!
Ketika saya merasa sudah sabar, saya sebenarnya hanya menahan diri untuk tidak emosi, belum sesungguhnya menjadi orang yang sabar. Sekarang saya sedang mencoba belajar untuk untuk menjadi orang yang sabar tanpa harus merasa bersabar.”

Mencoba yang demikian itu ternyata tidak mudah, dan sesungguhnya memerlukan sebuah proses pelatihan yang panjang. Menjadi sabar tanpa harus merasa bersabar hanya bisa terjadi kalau sabar itu sudah menjadi sifat. Sedangkan sifat seseorang itu akan dapat berubah kalau melalui proses pelatihan yang selalu berulang berkali-kali.

Sabar sangat erat kaitannya dengan ikhlas. Ikhlas itu dapat diibaratkan seperti sebuah pengorbanan mencintai para putra-putri anda. Baik ataupun buruk, anda akan tetap mencintai tanpa merasa terbebani. Atau seperti ketika anda dengan tanpa merasa terbebani memberikan uang 500 perak kepada pengamen jalanan. Tapi ikhlaskah kalau memberi 1000 perak? Mungkin ikhlas tapi dengan terpaksa karena adanya uang kecil hanya uang 1000 perak. Dan juga sanggupkah kalau mencintai para anak yatim yang bukan anak anda, seperti anda mencintai putra-putri sendiri. Untuk itulah kita masih harus belajar agama dan filosofi spiritual.

Kembali kepada ”sabar yang sebenarnya”, untuk dapat mencapai sifat yang demikian kita sudah harus memulainya dengan belajar mencapainya. Yang demikian ini sebenarnya bisa dimulai dengan menyikapi dan memahami setiap kondisi baik dan buruk yang membebani perasaan kita, seperti halnya dengan sangat memahami tentang baik dan buruknya putra-putri anda. Mengapa kita bisa dengan mudah dan tanpa beban memahami baik buruknya putra-putri kita sendiri. Jawabannya adalah karena kita tahu persis setiap sebab dan akibatnya serta latar belakang mengenai baik dan buruknya dan keikhlasan kita untuk rela berkorban.

Harus kita akui dengan jujur, bahwa kesabaran adalah hal yang paling sulit ditegakkan dan kalau kita tidak dapat bersabar dalam arti sesungguhnya, bagaimana kita akan ikhlas mau berkorban atau memberi maaf atas kesalahan orang kepada kita?

Dengan meminjam istilahnya Gus Dur “memang mudah mengatakan dalam bentuk kata-kata, tapi sulit dilaksanakan, bukan?”

Saturday, August 05, 2006

Surat untuk para "Netters & Bloggers"

Rekan-rekan Netter yang baik,
Sebenarnya disini saya ingin mengucapkan selamat datang dan terima kasih telah menyempatkan waktunya datang kesini. Dan saya ingin bercerita begini:
Untuk mengisi Blog dengan tulisan, saya kadang-kadang bingung mau dimasukkan kemana! Disini atau yang Disana! Begitulah kalau punya dua blog yang aktif. Iya..ya.. baru punya dua Blog saja bingung.(apalagi kalau punya dua istri ..hehe..). harap saja dimaklumi saya termasuk baru sebagai seorang blogger (yah masih junior-lah). Sehingga belum lagi sempat membuatkan katagori pada setiap tulisan saya yang mungkin bisa spesialisasi dalam blog yang berbeda. Sehingga sangat perlu kritik dan saran dari para senior blogger.

Hanya saya disini berharap, kita bisa saling mengisi sehingga nge”blog” ini mungkin ada manfaat yang dapat diambil.

Nah sekarang saya mulai promosi tulisan saya yang disana; sudah cukup banyak mulai dari yang serius, ringan, puisi, guyon, budaya, wayang, ya ada sedikit spiritualnya. Saya persilahkan anda datang kesana. Anda boleh meng-copy-nya kalau memang perlu (tapi ..bilang yaa! – thanks.). Kalau kemudian disana anda tidak dapat berkomentar karena bukan anggota group silahkan komentarnya disini saja. Sedangkan tulisan saya yang disini yah begitulah anda telah melihatnya sendiri.
Tidak lupa, karena anda sudah bersusah payah dan bersedia membacanya saya mengucapkan beribu banyak terima kasih serta sumbang sarannya saya nantikan dengan penuh kerinduan.
Wassalam,
+dhitos+

Tuesday, July 18, 2006

First Post Entry

This is my first post entry. I have nothing to post by today
My active blog is still in here !!
In here I am just only testing.